Posted by: Muhammad Wildan | 27 February 2020

TELAH TERTUTUP SALAH SATU PINTU SURGAKU?

TELAH TERTUTUP SALAH SATU PINTU SURGAKU?

Muhammad Wildan

Hari ini adalah tepat satu bulan ibuku meninggal, yaitu 27 Januari 2020. Sebulan juga saya merasa banyak kehilangan dan kekosongan. Hari-hari memang bisa saya jalani dengan baik khususnya ketika bersama dengan teman dan kolega, tapi dalam kesendirian, akan muncul kesunyian dan kekosongan.
Semua orang pasti akan mengalami kehilangan orang yang mereka cintai, tapi ketika mengalami sendiri, ini adalah sesuatu yang berat. Saya juga masih ingat bahwa perlu waktu lama untuk menghapus kesedihan ketika Bapak meninggal pada 2007. Apalagi ditinggal seorang ibu, semua orang akan setuju bahwa ibu adalah orang nomor satu yang paling dicintai. Tidak hanya itu, meninggalnya ibu juga menutup salah satu pintu surga. Read More…

Posted by: Muhammad Wildan | 26 September 2019

KORUPSI DAN RADIKALISME

KORUPSI & RADIKALISME

Sekilas terasa aneh dengan judul karena tidak ada hubungan antara korupsi dan radikalisme. Secara umum kita pahami bahwa biasanya korupsi berkaitan dengan harta duniawi dan radikalisme lebih erat kaitannya dengan agama ukhrowi. Sejauh ini tidak ada koruptor yang melakukan aksi radikalisme. Walaupun demikian, perilaku koruptor itu bisa disebut sebagai tindakan radikal, dan sikap radikal itu bisa jadi karena agama dipahami secara koruptif.

Adakah perilaku korupsi yang didorong oleh motif agama? Bisa jadi ada. Sebagian kelompok bisa jadi meyakini bahwa korupsi untuk kepentingan agama itu baik. Dengan dalih bahwa profit/fee/bonus akan diambil oleh orang lain kalau tidak mereka ambil. Bisa jadi juga fee/bonus itu dimanfaatkan untuk kelompok (agama) mereka. Read More…

Posted by: Muhammad Wildan | 3 December 2018

ISLAM NUSANTARA DAN RADIKALISME

ISLAM NUSANTARA DAN RADIKALISME
Muhammad Wildan

Terlepas dari pro-kontra mengenai konsep Islam Nusantara, konsep ini menarik untuk dikaji. Konsep yang diusung oleh NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia ini tak pelak mengundang polemik yang panjang. Sejatinya konsep ini muncul karena kejenuhan sebagian umat Islam Indonesia yang selalu menganggap bahwa otoritas keagamaaan itu berpusat di Timur Tengah, yang akhir-akhir ini dianggap sebagai pusatnya salafi-wahhabi yang cenderung radikal. Tulisan ini dibuat untuk melihat bagaimana konsep Islam Nusantara diusung untuk berhadapan vis-à-vis dengan radikalisme di Indonesia.

Di tengah maraknya semangat beragama umat Islam Indonesia, tantangan dan godaan Islamisme-radikalisme juga mengancam. Lagi-lagi Islam salafi lebih menonjolkan Islam ala generasi salaf yang menjadi primadona beragama umat Islam Indonesia. Sayangnya, cara beragama yang tekstual-literalis ini bisa mengarahkan pada Islam yang ekstremis dan bahkan radikal. Irisan salafisme dan radikalisme pada tekstual-literalis tak terbantahkan. Oleh karena itu, konsep Islam Nusantara dilontarkan sebagai alternatif terhadap Islam ala Timur Tengah. Read More…

Posted by: Muhammad Wildan | 28 July 2018

MEWASPADAI BAHAYA EKSTREMISME DAN RADIKALISME DI KAMPUS

Mewaspadai Bahaya Ekstremisme dan Radikalisme di Kampus
Muhammad Wildan
(Dimuat di website UIN Sunan Kalijaga 26 Juli 2018)

Ditemukannya bom di UNRI pada 3 Juni 2018 lalu telah menghenyak banyak pihak bahwa radikalisme sudah masuk di lingkungan kampus. Kampus yang selama ini dipandang sebagai wilayah yang relatifsteril radikalisme ternyata mudah disusupi ideologi radikal. Asumsi banyak pihak bahwa radikalisme disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan terpatahkan dengan kasus UNRI di atas. Justru mahasiswa yang melek informasi dan kritis ini yang rentan terhadap ideologi ekstremis dan radikal. Tulisan ini akan melihat sejarah ektremisme dan radikalisme di kampus serta bagaimana penanganannya.

Sejarah Radikalisme di Kampus

Secara historis, radikalisme di kampus sudah ada sejak akhir 1970-an. Walaupun Negara Islam Indonesia (NII) atau lebih dikenal sebagai Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) terpecah-belah sejak S.M. Kartosuwiryo dihukum mati (1962), gerakan NII bangkit setelah pertemuan Situaksan di Bandung (1971). Sejak itu, gerakan NII muncul kembali termasuk sebagian di lingkungan kampus.

Kampus di Yogyakarta dan Solo adalah daerah yang subur gerakan NII. Diawali beberapa mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga bergabung, kemudian diikuti oleh beberapa mahasiswa dari UII, UGM, dan IKIP (sekarang UNY). Karena banyaknya anggota NII di Yogyakarta, NII membuat struktur NII Yogyakarta tersendiri. Walaupun tidak sekuat di Yogyakarta, gerakan NII juga cukup mendapatkan pengikut di kampus UNS. Beberapa tokoh gerakan yang dikenaldengan usroh ini adalah Muchliansyah, Fihiruddin, Irfan Suryahardi dll. Read More…

Posted by: Muhammad Wildan | 16 March 2018

LARANGAN CADAR DAN RETORIKA KEBANGSAAN

LARANGAN CADAR DAN RETORIKA KEBANGSAAN
Muhammad Wildan

Kebijakan rektor UIN Sunan Kalijaga untuk membatasi (baca: melarang) penggunaan cadar di lingkungan kampus UIN menuai banyak pro-kontra baik internal UIN maupun external. Terlepas dari tujuannya untuk membatasi penyebaran (baca: pembiaran) ideologi radikal di kampus, kebijakan ini cukup membuat “gaduh” di ruang publik dalam beberapa waktu yang lalu. Cadar yang akhir-akhir ini identik dengan Islam konservatif dan juga radikal telah dianggap bertentangan dengan UIN dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Betapapun gigihnya pihak rektorat berargumentasi, polemik cadar yang semakin gaduh berakhir dengan dicabutnya aturan cadar di UIN Sunan Kalijaga pada 10/03/2018.

Belajar dari kasus extremisme yang merebak di Indonesia hingga pengibaran bendera HTI di kampus UIN beberapa bulan sebelumnya, logika kebangsaan rektor UIN Sunan Kalijaga pantas diapresiasi. Pelarangan cadar di UIN Jakarta pada pertengahan 2017 dianggap sebagai preseden baik di tengah maraknya isu nasionalisme di negeri ini. Polemik cadar yang sempat heboh jadi pembicaraan nasional selama hampir 2 minggu ini tidak lagi di ranah agama, tapi lebih pada politik dan security (keamanan). Isu inipun digoreng habis oleh media dan bahkan dimanfaatkan oleh beberapa politisi sebagai political gimmick. Read More…

Posted by: Muhammad Wildan | 28 February 2018

PARADOX DEMOKRASI

PARADOX DEMOKRASI
Muhammad Wildan

Demokrasi adalah konsep dari Barat yang digandrungi di berbagai negara, baik di Barat maupun Timur. Bagi orang-orang yang pro-demokrasi, sistem ini dianggap sebagai jalan pintas menuju perbaikan sistem politik yang diharapkan berimbas pada keamanan dan kesejahteraan. Negara-negara demokratis Barat yang notabene telah makmur-sejahtera menjadi daya tarik bagi negara-negara Timur untuk ikut berdemokrasi ria.

Di tengah maraknya demokratisasi di Indonesia, bangsa Indonesia sampai jenuh mendengar berita tentang korupsi di media. Korupsi telah terjadi dari anggota dewan terhormat di Senayan hingga kepala daerah. Bisa jadi benar bahwa hampir 80% pemimpin daerah tersandung kasus korupsi. Inikah demokrasi yang diidam-idamkan? Apakah demokrasi memang menciptakan koruptor?

Ini yang disebut dengan paradox demokrasi; demokrasi mempunyai dua sisi yang bertentangan. Sebagai sebuah sistem nilai, demokrasi tidak monolitik atau bermakna tunggal. Artinya demokrasi diaplikasikan dengan berbagai macam varian di berbagai negara. Bisa jadi demokrasi tidak ada yang dipraktekkan secara sama persis, walaupun mempunyai nilai dasar yang serupa. Read More…

Posted by: Muhammad Wildan | 21 February 2018

URGENSI LITERASI AGAMA

URGENSI LITERASI AGAMA
Muhammad Wildan

Beberapa waktu yang lalu di grup sosmed muncul tulisan pendek yang
menjelaskan bahwa penulisan yang benar adalah INSHA ALLAH, bukan INSYA ALLAH. INSHA ALLAH berarti jika Allah berkehendak, sedangkan INSYA ALLAH artinya mengarang Allah! Juga beredar di grup sosmed sebuah tulisan yang mengatakan bahwa penulisan nama yang benar adalah HUSNUL KHATIMAH, bukan KHUSNUL KHOTIMAH. Karena kata KHUSNUL (dengan awalan KH) itu berarti buruk. Walaupun tidak banyak yang merespon tulisan itu, namun tetap juga mengusik kegalauan beragama kita.

Sebenarnya, penulisan INSYA ALLAH dan KHUSNUL itu jugabenar. Itu tergantung pada kebiasaan sebuah masyarakat. Seorang teman juga pernah bertanya tentang nama sebuah masjid di kampungnya, yang benar AL-IHLAS, AL-IKHLAS, AL-ICHLAS, AL-ICHLASH, atau AL-IKHLÂSH untuk menuliskan kata الإخلاص. Saya katakan bahwa semuanya benar dengan asumsi bahwa pengucapan bahasa Arab (asing) itu tergantung pada lidah pengucapnya. Apalagi kalau dalam bahasa lisan bisa dengan dialek yang lebih beragam. Read More…

Aksi Damai 411-212, Kesalehan Populer, & Identitas Muslim Perkotaan Indonesia
Muhammad Wildan
(Dimuat di Jurnal MAARIF, Vol. 11, No. 2 Desember 2016)

Pendahuluan
Demonstrasi kolosal yang lebih dikenal dengan Aksi Damai 411 dan 212 menyisakan banyak hal menarik. Selain karena aksi itu diikuti oleh jutaan orang yang datang dari berbagai daerah dengan berbagai moda transportasi, aksi itu juga diikuti oleh berbagai elemen masyarakat. Genderang yang ditabuh oleh Habieb Rizieq sebagai imam besar Front Pembela Islam (FPI) diikuti dan diamini oleh hampir semua organisasi Islam baik secara individu maupun organisasi. Di luar tuntutan politis untuk segera menghukum Ahok yang diduga menistakan agama (#PenjarakanAhok), aksi damai ini bisa dilihat dari beberapa perspektif diantaranya adalah dari budaya popular.
Di tengah maraknya Islamisasi Indonesia dan juga penetrasi Islam trans-nasional, Islam perkotaan mulai menjamur dan menampakkan eksistensinya. Secara umum bisa ditengarai bahwa aksi bela Islam I hingga III lebih banyak diwarnai oleh kelompok Muslim perkotaan. Di tengah memudarnya batasan-batasan Islam tradisional, gugus Muslim moderat perkotaan mulai terbentuk seiring dengan munculnya banyak program keagamaan di televisi dan ustaz seleb. Isu politik saja mungkin tidak akan cukup untuk menarik jutaan orang ke Jakarta, tapi karena dibarengi isu etnis dan agama. Oleh karena itulah, aksi damai yang berawal dari isu pemilihan gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta bisa menjadi isu nasional yang bisa jadi terus berkembang dan bahkan melebar ke isu yang lain. Read More…

Islamism and Democratization in the Post 411 and 212 Rallies of Indonesia
Muhammad Wildan
(Published in Thinking ASEAN Issue 19 January 2017)

The boisterous but peaceful rallies that occurred in Jakarta on 4 November and 2 December 2016 (commonly referred to as the ‘411’ and ‘212’ rallies respectively) were important phenomenon in the Indonesian Islamic political scene. The alleged defamation of Holy Qur’an by Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) and the formation of National Movement of the Guardians of the Indonesian Ulama Council’s Fatwa (GNPF MUI) attracted many people to participate in the rallies. As was seen, almost all elements of society were involved either organizationally or individually. Indonesian Muslims, which in many cases had been fragmented into many different streams, were united into carrying out one action and under one command during those peaceful actions.
On the one hand, it was truly a great phenomenon for Indonesian Muslims. Many reports reported that the crowd reached several millions Muslims. Their enthusiasm to join the event using all means of transportations, including some that even walked from such remote areas as Ciamis were seen as heroic and momentous actions. The most interesting thing was that Habieb Rizieq Shihab, the grand cleric of Front Pembela Islam (FPI or Islamic Defenders Front), who is normally found on the periphery of Indonesia’s political Islam, played a central role in the rallies. Read More…

Posted by: Muhammad Wildan | 16 November 2016

WHAT IS FRIENDSHIP TO ME

WHAT IS FRIENDSHIP TO ME
Muhammad Wildan

Although we may have a lot or even thousand friends, we may have difficulties to define what friendship is. Friendship is the hardest thing in the world to explain. It is not something you learn in school. But if you haven’t learned the meaning of friendship, you really haven’t learned anything. Many people said that “a friend in need is a friend indeed.” It reminds me of a good quote:
“I would rather walk with a friend in the dark, than alone in the light.”
― Helen Keller

Some other people may say that friend would only last for a certain period, but for me a friend is forever relationship. I do agree with people said “there is no ex-friend”. We may loose our friend “physically” because they died or live in unreachable areas, they are still our friends. Even, don’t loose even any single of your friends. It may be true, but a true friend is who care about small things of you; asking your daily life or even ask you such silly things. Read More…

Older Posts »

Categories