Mewaspadai Bahaya Ekstremisme dan Radikalisme di Kampus
Muhammad Wildan
(Dimuat di website UIN Sunan Kalijaga 26 Juli 2018)
Ditemukannya bom di UNRI pada 3 Juni 2018 lalu telah menghenyak banyak pihak bahwa radikalisme sudah masuk di lingkungan kampus. Kampus yang selama ini dipandang sebagai wilayah yang relatifsteril radikalisme ternyata mudah disusupi ideologi radikal. Asumsi banyak pihak bahwa radikalisme disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan terpatahkan dengan kasus UNRI di atas. Justru mahasiswa yang melek informasi dan kritis ini yang rentan terhadap ideologi ekstremis dan radikal. Tulisan ini akan melihat sejarah ektremisme dan radikalisme di kampus serta bagaimana penanganannya.
Sejarah Radikalisme di Kampus
Secara historis, radikalisme di kampus sudah ada sejak akhir 1970-an. Walaupun Negara Islam Indonesia (NII) atau lebih dikenal sebagai Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) terpecah-belah sejak S.M. Kartosuwiryo dihukum mati (1962), gerakan NII bangkit setelah pertemuan Situaksan di Bandung (1971). Sejak itu, gerakan NII muncul kembali termasuk sebagian di lingkungan kampus.
Kampus di Yogyakarta dan Solo adalah daerah yang subur gerakan NII. Diawali beberapa mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga bergabung, kemudian diikuti oleh beberapa mahasiswa dari UII, UGM, dan IKIP (sekarang UNY). Karena banyaknya anggota NII di Yogyakarta, NII membuat struktur NII Yogyakarta tersendiri. Walaupun tidak sekuat di Yogyakarta, gerakan NII juga cukup mendapatkan pengikut di kampus UNS. Beberapa tokoh gerakan yang dikenaldengan usroh ini adalah Muchliansyah, Fihiruddin, Irfan Suryahardi dll. Read More…
Komentar